Selasa, 26 Januari 2010

KIsah Nabi Nuh dab Nabi Ayub


Nabi Nuh dan Nabi Ayub
27 01 2010

KISA NABI NUH AS.

Nabi Nuh adalah Nabi yang keempat setelah Nabi Adam. Ia keturunan kesembilan dari Nabi Adam.

Ajakan Nabi Nuh Kepada Kaumnya

Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dalam masa kekosongan diantara dua rasul. Dalam masa kekosongan itu biasanya manusia secara berangsur-angsur meluakan ajaran agama Allah dan kembali menjadi syirik, meninggalkan kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah ajaran iblis.

Nabi Nuh diutus ke tengah-tengah masyarakat yang sedang menyembah berhala. Yaitu patung-patung yang dibuat mereka sendiri. Menurut mereka berhala itu mempunyai kekuatan ghaib di atas manusia. Dan mereka sendiri memberi nama sesuai dengan selera mereka sendiri. Kadang kala mereka namakan “Wadd” dan “Suwa” kadang “Yaguts” dan kadang “Ya’uq” dan “Nasr”.

Nabi Nuh engajak kaumya untuk berfikir. Ia mengajak kaumnya melihat alam semesta ciptaan Allah. Langit dengan bulan dan mataharinya. Bumi dengan kekayaan di atas dan di bawahnya, berupa tumbuhan-tumbuhan dan air yang mengalir. Pergantian siang dan malam. Semua itu menjadi tanda-tanda kekuasaan dan keesaan Allah.

Kemudian Nabi Nuh juga memberi kabar akan adanya ganjaran berupa surga dan kenikmatannya bagi mereka yangberamal shalih, dan balasan siksa neraka bagi mereka yang membangkang atas perintah Allah yaitu mereka yang mungkar dan bergelimang dalam kemaksiatan. Dakwah Nabi Nuh dilakukan dengan giat siang dan malam. Baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.

Beliau termasuk orang yang cerdas, fasih berbicara, tajam pemikirannya, pandai berdiskusi, bersifat sabar dan tenang. Nabi Nuh diangkat menjadi Rasul ketika berusia 450 tahun dan wafat pada usia 950 tahun, dengan demikian Nabi Nuh berdakwah kepada umatnya selama lima abad atau 500 tahun. Meskipun demikian pengikut Nabi Nuh yang beriman hanya sedikit yaitu kurang dari seratus orang.

Ummat Nabi Nuh banyak yang ingkar, jika Nabi Nuh mengajak beribadah kepada Allah dan menegakkan Tauhid umatnya selalu menentang dan mengejeknya.

Para pengikut Nabi Nuh kebanyakan fakir miskin, atau golongan ekonomi lemah. Para bangsawan, orang-orang kaya dan tepandang di masyarakat malah memusuhinya.

Pada suatu ketika orang-orang kafir hendak menipu Nabi Nuh. Mereka mengatakan bersedia mengikuti ajaran Nabi Nuh, asalkan Nabi Nuh mau mengusir para pengikutnya yang terdiri dari orang-orang miskin. Namun Nabi Nuh menolak permintaan orang-orang kaya tersebut.

Kecerdasan dan kfasihan beliau mengalahkan segala hujah orang kafir. Akhirnya orang-orang kafir jengkel dan menentang beliua.

Mereka berkata: “Hai Nuh! Sesungguhnya kamu telah membantah kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah adzab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar”.

Nabi Nuh menjawab: “Hanya Allah yang akan mendatangkan adzab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri darinya. Tidaklah bermanfaat nasehatku kepadamu jika Allah ternyata hendak menyesatkanmu. Dia adalah Tuhanmu. Dan kepadaNyalah kamu akan dikembalikan”.

Demikian terlalu kaum Nabi Nuh itu mengingkari ajaran Allah. Mereka bahkan mengejek dan menghina Nabi Nuh sebagai orang bodoh dan gila.

Namun Nabi Nuh sebagai utusan Allah tetap melaksanakan tugasnya. Dan orang-orang kafir juga semakin keras menentangnya. Mereka bahkan mengancam Nabi Nuh.

“Sungguh jika kamu tidak juga berhenti berdakah,” kata mereka, “Maka kami akan merajamu beramai-ramai”.

Nabi Nuh Berputus Asa Dari Kaumnya

Setelah dakwah yang disampaikan menemui jalan buntu. Dan pengikutnya tidak bertambah maka Nabi Nuh mengadukan kaumnya kepada Allah.

Berdo’a Nabi Nuh: “Wahai Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun diantara orang-orang kafir itu tinggal di atas muka bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka menyesatkan hamba-hambaMu, dan mereka tidak akan melahirkan, selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir”.

Allah mengabulkan do’a Nabi Nuh. Allah memberikan petunjuk agar Nabi Nuh membuat perahu yang sangat besar. Dengan perahu itu Nabi Nuh dan kaumnya akan selamat, sedangkan kaumnya yang ingkar akan ditenggelamkan dengan banjir yang sangat besar, sehingga tak seourangpun dari mereka akan selamat, semua binasa.

Selagi Nabi Nuh dan para pengikutnya sedang membuat kapal di atas bukit, kaumnya yang sangat ingkar mengolok-ngolok dan mengejeknya.

“Lihat! Nuh semakin gila saja, masak kemarau panas begini membuat perahu, di atas bukit lagi. Sungguh dia sudah miring otaknya”.

Diantara mereka bahkan ada yang berani membuang kotoran di dalam kapal yang belu selesai itu. Tentu hal itu mereka lakukan ketika Nabi Nuh dan pengikutnya sedang tidak ada di tempat pembuatan kapal. Namun akibatnya perut mereka yang buang kotoran menjadi sakit. Tak ada yang bisa menyembuhkan. Dengan merengek-rengek mereka minta Nabi Nuh untuk bersedia mengobati. Nabi Nuh menyuruh mereka membersihkan kapal yang mereka kotori. Setelah itu merekapun sembuh dari sakit perutnya.

Banjir Besar Memusnahkan Orang-Orang Kafir

Sesuai dengan wahyu Allah. Nabi Nuh mengajak kaumnya memasuki kapal yang telah selesai dibuat, ia juga membawa berbagai pasang binatang.

Tidak beberapa lama setelah Nabi Nuh dan para pengikutnya memasuki kapal maka langit yang tadinya cerah berubah menjadi hitam. Mendung tampak tebal sekali diiringi angin kencang yang mulai berhembusan. Bersamaan dengan turunnya hujan lebat, air dari dalam bumi memancar pula ke permukaan.

Hujan turun dengan lebatnya. Belum pernah hujan turun selebat itu. Bagaikan dicurahkan dari langut. Rumah-rumah mulai terendam air, angin kencang dan badai menambah kepanikan semua orang. Dari kejauhan Nabi Nuh melihat salah seorang dari putranya yaitu Kan’an yang sedang berlari-lari menuju puncak bukit. Nabi Nuh memanggil anaknya itu.

“Hai nak, kemarilah. Naiklah ke kapalku, maka kau akan selamat!”.

Tapi Kan’an dengan sombongnya terus berlari, ia tak menghiarukan panggilan ayahnya, ia mengira banjir itu hanya banjir biasa yang segera reda, maka ia terus berlari ke puncak gunung. Memang Kan’an tidak mau mengikuti ajaran Nabi Nuh. Ia lebih suka hidup bersama orang kafir, karena itu ia tak mau menumpang kapal Nabi Nuh.

Nabi Nuh merasa trenyuh. Bagaimanapun Kan’an adalah putranya sendiri. Maka ia berdoa kepada Allah agar dia diselamatkan.

Namun Allah menolak permintaan Nabi Nuh, sebab walau Kan’an putranya sendiri, tapi ia adalah anak durhhaka dan tidak mau beriman.

Berdasarkan suatu riwayat, kapal yang membawa Nabi Nuh dan para pengikutnya itu berlayar selama 40 hari. Sesudah banjir mereda, Nabi Nuh diperintahkan turun dari kapalnya.

Dengan demikian binasalah orang-orang kafir yang menentang Nabi Nuh. Hanya para pengikut Nabi Nuh yang hidup dan menempati bumi sebagai pengikutnya.

Hikmah:

1.

Seorang ayah, walaupun ia seorang yang shalih atau dari golongan ulama’ atau Nabi; tidak bisa menolong anakny ataupun kerabatnya yang durhaka dan membangkang atas perintah Allah.
2.

Seua manusia sama dalam pandangan Allah. Yang membedakan antara mereka hanya derajat ketaqwaannya. Oleh karena itu Nabi Nuh menolak permintaan orang-orang kaya kafir untuk meninggalkan pengikutnya yang terdiri dari golongan kaum lemah, miskin dan tidak berkedudukan tinggi.
3.

Kita hendaknya bersabar dan bertawakal dalam memperjuangakan agama Allah. Karena sekeras apapun pertentangan yang kita hadapi. Allah pasti menolong dan melindungi kita.

KISAH NABI AYUB AS.

Nabi Ayub as. adalah putra Ish bin Ishak bin Ibrahim. Nabi Ayub adalah seorang yang kaya raya. Istrinya banyak, anaknya banyak, artanya melimpah ruah dan ternaknya tak terbilang jumlahnya. Ia hidup makmur dan sejahtera. Walaupun demikian ia masih tetap tekun beribadah. Kenikmatan dan kesenangan yang dikarniakan kepadanya tak sampai melupakannya kepada Allah. Ia gemar berbuat kebajikan, suka menolong oaran gyeng menderita terlbih dari golongan fakir miskin.

Cobaan Silih Berganti

Para Malaikat di langit terkagum-kagum dan saling membicarakan ketaatan Nabi Ayub dan keihklasannya dalam beribadah kepada Allah.

Iblis yang mendengar pembicaraan itu merasa iri dan ingin menjerumuskan Nabi Ayub agar menjadi orang yang tidak sabar dan celaka. Petama Iblis mencoba sendiri menggoda Nabi Ayub agar tersesat dan tidak mau bersyukur kepada Allah. Namun ia gagal. Nabi Ayub tak tergoyahkan.

Iblis kemudian menghadap Allah. Minta izin untuk menggoda Nabi Ayub, “Wahai Tuhan, sesungguhnya Ayub yang senantiasa patuh dan selalu berbakti menyembahMu, senantiasa memujiMu, tak lain hanyalah karena takut kehilangan kenikmatan yang telah Engkau berikan kepadanya. Semua ibadah tidak ikhlas dan bukan karena cinta dan taat kepadaMu. Andaikan ia terkena musibah dan kehilangan harta benda, anak-anak dan istrinya belum tentu ia akan taat dan tetap ikhlas menyembahMu”.

Allah berfirman kepada Iblis, “Sesungguhnya Ayub adalah hambaKu yang sangat taat kepadaKu, ia seorang mukmin yang sejati. Apa yang dia lakukan untuk mendekatkan diri kepadaKu adalah semata-mata didorong iman yang teguh kuat dan taat ang bulat kepadaKu. Iman dan taqwanya tak akan tergoyah oleh perubahan keadaan duniawi. Cintanya kepadaKu dan kebijakannya tidak akan menurun dan menjadi kurang walau ditimpa musibah apapun yang melanda dirinya dan hartanya. Ia yakin bahwa apa yang ia miliki adalah dari pemberianKu yang sewaktu-waktu dapat Aku cabut daripadanya atau menjadikannya berlipat ganda. Ia bersih dari segala tuduhan dan prasangkamu. Engkau tidak rela melihat hamba-hambaKu, anak cucu Adam berada di atas jalan yang lurus”.

“Untuk menguji keteguhan hati Ayub dan keyakinannya pada taqdirKu, Kuiizinkan kau menggoda dan memalingkannya dariKu. Kerahkanlah pembantu-pembantumu untuk menggoda Ayub melalui harta dan keluarganya. Dan ceri beraikanlah keluarganya yang rukun damai dan sejahtera itu. Lihatlah sampai mana kemampuanmu untuk menyesatkan hambaKu, ayub itu”.

Demikianlah iblis dan para pembantunya kemudian mulai menyerbu keimanan Ayub. Mula-mula mereka membinasakan hewan ternak peliharaan Nabi Ayub.

Satu persatu hewan-hewan itu mati bergelimpangan disusul lumbung-lumbung gandum dan lahan pertanian Ayub terbakar dan musnah.

Iblis mengira Ayub akan berkeluh kesah setelah kehilangan ternak dan lahan pertanian itu. Namun Ayub tetap berbaik sangka kepada Allah. Segalanya ia serahkan kepada Allah. Harta adalah titipanNya yang sewaktu-waktu dapat saja diambil kembali.

Berikutnya iblis danpara pembantunya mendatangi putra-putra Ayub di gedung yang besar dan megah. Mereka goyang-goyangkan tiang-tiang gedung sehinga gedung itu kemudian roboh dan anak-anak Nabi Ayub mati semua.

Iblis mengira usahanya berhasil menggoyahkan iman Nabi Ayub yang sangat menyayangi putra-putranya itu, namun mereka kecele. Nabi Ayub tetap berserah diri kepada Allah.

Nabi Ayub bersedih hati dan menangis, tapi jiwa dan hatinya tetap kokoh dalam keyakinan bahwa jika Allah Yang Maha Pemberi menghendaki semua ini maka tak ada seorangpun yang mampu menghalangiNya.

Selanjutnya Iblis menaburkan baksil di sekujur tubuh Nabi Ayub, sehingga beliau menderita sakit kulit yang menjijikkan. Famili dan tetangganya menjauhinya, istri-istrinya banyak yang melarikan diri. Hanya seorang yang setia mendampinginya yaitu Rahmah.

Namun akhirnya Rahmah tergoda oleh bujukan syetan. Suatu hari ketika ia disuruh Nabi Ayub malah berkata yang menyinggung perasaannya.

Waktu tujuh tahun dalam penderitaan terus menerus memang merupakan ujian berat bagi beliau dan Rahmah. Ayub bisa bersabar dan tetap berdzikir menyebut Asma Allah tetapi istrinya tak tahan lagi.

“Kiranya kau telah terkena bujukan setan, sehingga berkeluh kesah atas takdir Allah” kata Ayub kepada istrinya, “Awas, kelak jika aku sudah sembuh kau akan kupukul seratus kali. Mulai saat ini tinggalkan aku seorang diri, aku tak membutuhkan pertolonganmu sampai Allah menentukan takdirNya”.

Setelah ditinggal Rahmah, satu-satunya orang yang masih menyayangi dan merawatnya, kini Nabi Ayub hidup seorang diri. Di dalam kamarnya ia bermunajat kepada Allah “Ya Allah, aku telah diganggung setan dengan kepayahan dan kesusahan serta siksaan dan Engkau wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang”.

Allah menerima do’a Nabi Ayub yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman dalam menghadapi cobaan. Berfirman Allah kepada Nabi Ayub “Hantamkanlah kekuatanmu akan pulih kembali jika kau pergunakan untuk minum dan mandi”.

Demikianlah, setelah Nabi Ayub inum dan mandi air yang memancar dai bawah kakinya, maka ia sembuh seperti sediakala.

Sementara itu Rahmah ang telah pergi meninggalkan Nabi Ayub, lama-lama merasa kasihan dan tak tega membiarkan Nabi Ayub seorang diri. Ia datang menjenguk, namun ia tak mengenali suaminya lagi. Karena Nabi Ayub sudah sembuh dan keadaannya lebih baik daripada sebelumnya.

Nabi Ayub gembira melihat istrinya kembali, namun ia ingat sumpahnya yaitu ingin memukul istirnya seratus kali. Ia harus melakukan sumpah itu. Kini ia bimbang, istrinya sudah turut menderita sewaktu bersama-sama dengannya selama tujuh tahun itu, akankah ia memukulnya seratus kali.

Dalam kebimbangan datanglah wahyu Allah yang memberikan jalan keluar. Firman Allah, “Hai Ayub, ambilah lidi seratus buah dan pukullah istrimu itu sekali saja, dengan demikian tertebuslah sumpahmu”.

Ya dengan lidi seratus, dipukulkan pelan sekali, maka sumpahnya sudah terlaksana. Berkat kesabaran dan keteguhan imannya Nabi Ayub dikarunia lagi harta dan benda yang melimpah ruah. Dari Rahmah ia mendapatkan anak bernama Basyar, dikemudian hari ia mendapat julukan Dzulkifli artinya Punya sanggup. Dzulkifli akhirnya menjadi Nabi dan Rasul.

1 komentar: